Miguel Ángel Asturias: Melestarikan Root Guatemala

Miguel Ángel Asturias memperkenalkan kekayaan budaya asli Guatemala ke dunia melalui karya-karyanya sebagai penulis, penyair, dramawan, dan diplomat. Dalam 1967 ia dianugerahi Hadiah Nobel dalam Sastra sebagai pengakuan atas prestasi sastranya dan masa hidupnya dihabiskan untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat pribumi.

Menjalin gaya naratif yang menarik pengaruh dari realisme magis dan surealisme, Miguel Angel Asturias membantu membentuk pandangan dunia sastra Amerika Latin dan merupakan pelopor dari Boom Amerika Latin dari 1960 dan 1970.

Lahir di Guatemala di 1899 untuk keluarga kaya, penentangan ayahnya terhadap kediktatoran Manuel Estrada Cabrera membuat mereka pindah; periode ini membawa Asturias kontak pertamanya dengan penduduk asli, budaya mereka, dan cerita rakyat yang penuh warna. Peristiwa ini sejak awal kehidupannya meninggalkan kesan yang tak terhapuskan yang nantinya akan muncul dalam karya-karya sastranya serta dalam politiknya.

Seorang mahasiswa antropologi dan mitologi India, keterlibatan Asturias dengan mendukung hak dan melestarikan budaya masyarakat adat dapat dilihat baik dalam politik maupun tulisannya. Sepanjang hidupnya, Asturias berjuang untuk hak-hak adat dan berjuang melawan kekuasaan otoriter. Memang, penentangannya yang kuat terhadap kediktatoran menyebabkan Asturias menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tinggal di luar negeri asalnya, Guatemala.

Buku pertama Asturias, Legenda Guatemala (1930), mengeksplorasi mitos Maya tentang periode pra-Columbus di Amerika Tengah. Dalam melihat kembali sejarah Guatemala, ia menelusuri perkembangan identitas nasional Guatemala; karya ini dianggap sebagai kontribusi antropologis yang penting bagi sastra. Novel terkenal Asturias, Tuan Presiden (El Senor Presidente) telah dianggap sebagai 'pengaduan penuh semangat terhadap diktator Guatemala Manuel Estrada Cabrera', dan itu dianggap sebagai salah satu novel pertama yang menghadapi masalah kediktatoran.

Tidak hanya karya Asturias yang menawarkan kritik politik, tetapi ia juga memberikan suara yang kuat kepada aspirasi sosial dan moral masyarakat Guatemala. Dia prihatin tentang kemiskinan dan marginalisasi budaya Maya di Guatemala. Kritik sosial ini mendasari triloginya tentang perkebunan pisang Guatemala dan eksploitasi masyarakat pribumi: Strong Wind (1950), The Green Pope (1954), dan The Eyes of the Interred, di mana ia dianugerahi Hadiah Perdamaian Lenin di 1966.

Keterlibatan Asturias dengan budaya pribumi dan sejarah Guatemala sangat memengaruhi tulisannya sepanjang kariernya. Selama 40 tahun, ia menerjemahkan teks suci suku Maya Popol Vuh ke dalam bahasa Spanyol. Men of Maize (Hombres de maíz) adalah salah satu karya Asturias yang paling terkenal, di mana ia dengan mengagumkan menjalin mitologi dan budaya Maya tradisional dengan perkembangan Guatemala modern. Ditulis sebagai mitos, novel eksperimental ini, yang dianggap sebagai bagian dari gerakan Realisme Ajaib, menetapkan Asturias sebagai cahaya utama sastra Amerika Latin. Di 1967, Asturias dianugerahi Hadiah Nobel dalam Sastra 'untuk pencapaian kesusasteraannya yang jelas, berakar dalam pada ciri-ciri nasional dan tradisi masyarakat India di Amerika Latin'.